Hikmah Thawaf

Thawaf artinya keliling. Maksudnya mengelilingi Ka’bah baik berkaitan dengan Umrah atau Haji dan tidak berkaitan dengan keduanya yaitu thawaf sunat. Firman Allah:
 
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
(QS. Al-Hajj – 29)
Thawaf merupakan salah satu ibadah yang hanya dilakukan di Baitullah, yaitu mengeliling Ka’bah sebanyak 7 putaran di mulai dan akhir di Hajar Aswad. Thawaf membawa pesan maknawi berputar pada poros bumi yang paling awal dan paling dasar. Perputaran 7 keliling bisa diartikan sama dengan jumlah hari yang beredar mengelilingi kita dalam setiap Minggu. Lingkaran pelataran Ka’bah merupakan arena pertemuan dan bertemu dengan Allah yang dikemukakan dengan do’a dan dzikir dan selalu dikumandangkan selama megelilingi Ka’bah. Agar kita mengerti dan menghayati hakikat Allah dan manusia sebagai makhluk-Nya, hubungan manusia dengan pencipta dan ketergantungan manusia akan Tuhannya.
Itulah antara lain inti pernyataan dalam thawaf yang merupakan acuan dalam kehidupan kita setiap hari yang dicetuskan dalam bentuk dzikir, doa, tasbih, dsb yang terus melilit dan mengitari kehidupan manusia setiap hari dan minggu, berulang terus, bagai putaran thawaf yang tujuh, kita melakukan thawaf bagai diajak untuk mengikuti perputaran waktu dan peredaran peristiwa, namun tetap berdekatan dengan Allah, dengan menempatkan hamba-Nya yang penuh taat dan tunduk kepada Allah Yang Maha Agung, dengan tidak menentang aturan-Nya dan melaksanakan keinginan-Nya, Kepatuhan yang mutlak kepada aturan-Nya dalam semua situasi dan kondisi, seperti yang difirmankan Allah SWT:

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. Ali Imran – 191)
 Dari sisi lain, Ka’bah merupakan symbol berkumpul (matsabtan). Orang berkumpul di Ka’bah dalam rangka melakukan thawaf, bukan hanya berkumpul secara fisik, tetapi roh dan jiwa bersatu, yaitu menghadap dan menuju Allah. Jadi, setiap orang thawaf diharapkan tidak hanya selalu mengelilingi Ka’bah dengan tidak menghayati pekerjaannya, tetapi mengkonsentrasikan perlakuan dan pernyataan kepada Allah dalam hadits dijelaskan:
Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abi Hurairah, engkau akan menemukan orang yang lupa dan lalai ketika melaksanakan thawaf; thawaf mereka itu tidak diterima oleh Allah dan amal itu tidak diangkat Allah”.
Tentang thawaf 7 putaran, dapat dikemukakan bahwa angka 7 itu menunjukan pada jumlah yang cukup banyak, dan Allah menunjuk pada angka 7 itu untuk bilangan langit dan bumi, lebih dari itu 7 putaran itu memberi petunjuk pada 7 sifat Tuhan yang menjadi kesempurnaan dzat-Nya, yaitu sifat-sifat: Hayat, Ilmu, Iradat, Qadrat, Sama, Bashar dan Kalam.
Berputar mengelilingi berarti bergerak sebagai pertanda hidup. Hidup ini mulai dari kelahiran, pertumbuhan, perkembangan dan pada akhirnya kematian. Pada tumbuh-tumbuhan dimulai dari menanam, tumbuh, berbuah dan pada ujungnya mati. Matahari dan bulan terus berputar menandai terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, menjadi ukuran hari, bulan, tahun, kurun dan seterusnya. Demikian juga kondisi kahidupan terus berputar diantara manusia, jatuh bangun, kaya miskin mewarisi kehidupan manusia silih berganti.
Selagi masih ada orang thawaf, maka kiamat tidak akan tejadi. Hari Kiamat baru akan terjadi manakala sudah tidak seorang pun yang thawaf mengelilingi Ka’bah dimana langit akan runtuh menimpa bumi.
Thawaf itu pada lahirnya ialah mengelilingi Ka’bah, bangunan dari batu-batu hitam, tetapi pada hakikatnya kita mengelilingi Yang Punya Bangunan itu, Rabbiul Bait Yang Maha Agung. Yang mengelilingi adalah batin kita, hati kita walau sudah diluar thawaf tetap sadar bahwa kita lahir di dunia atas kehendak Allah. Hidup kita selalu bersama Allah (ahya wa amut), dan pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah SWT.